Tuesday, March 29, 2016

Budidaya Tanaman Kapas

 Budidaya Tanaman Kapas





PENDAHULUAN

Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium atau biasa disebut dengan tanaman kapas, tumbuhan ini berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas merupakan bahan penting dalam industri tekstil. Serat dipintal menjadi benang dan kemudian ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya). Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas dikarenakan dapat menyerap keringat.  Tanaman kapas secara botanis disebut dengan Gossypium sp dan memiliki sekitar 39 spesies dan 4 spesies diantaranya yang dibudidayakan yaitu : Gossypium herbacium L, Gossypium arberium L, Gossypium hersutum L dan Gossypium barbadense.
Morfologi tanaman kapas
Tanaman kapas umumnya dikembangbiakkan dari biji.  Pada waktu berkecambah calon akar tunggang tumbuh lebih dahulu masuk ke dalam tanah, diikuti oleh keping biji. Kapas mempunyai akar tunggang yang panjang dan dalam, tergantung pada umur, besarnya tanaman. aerasi, dan stuktur tanah. Akar tunggang sering lebih panjang daripada tanamannya sendiri.  Tanaman kapas dalam keadaan normal tumbuh tegak. Batang berwama hijau tua, merah atau hijau bernoktah merah. Batang umumnya berbulu dan ada pula yang tidak, serta ada yang ujungnya berbulu, pangkalnya tidak berbulu. Dari setiap ruas, tumbuh daun dan cabang pada ketiaknya. Panjang dan jumlah cabang berbeda-beda menurut jenis cabang dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Cabang vegetatif tumbuh pada batang pokok dekat leher akar dan biasanya tumbuh ke atas. Cabang-cabang vegetatif baru dapat berbunga dan berbuah setelah tumbuh cabang generatif. Banyaknya cabang vegetative bervariasi. biasanya sekitar 3-4 cabang. Cabang generatif tumbuh pada batang pokok atau pada cabang vegetatif. Cabang generatif letaknya mendatar dan langsung membentuk bunga. Semua bunga dan buah tumbuh pada cabang generatif. Cabangcabang buah yang pertama biasanya dihasilkan pada ketiak daun ke-6 sampai ke-8 ke atas pada batang pokok. Jumlah cabang generatif antara 8-20 cabang (Balittas, 1993).
Tanaman kapas mulai berbunga sekitar 30-45 hari dan mulai mekar sekitar 45-60 hari tergantung jenis dan varietas kapas. Bunga pertama mulai tumbuh pada batang di atas cabang vegetatif, berbentuk spiral dengan filotaksi 3/8 (Mauney,1984). Tiap cabang generatif dapat tumbuh 6- 8 bunga. Kuncup bunga berbentuk piramid kecil ada pula yang melintir (frego) dan berwama hijau.  Bunga mulai mekar pada pagi hari (jam 6-7) dan layu pada siang harinya dan kemudian kepala putik membuka (reseptit). Bagian tangkai yang menganduug tepung sari juga segera membuka dan menghamburkan tepung sarinya. Tepung sari dapat melekat pada kepala putik dan mampu bertahan sampai 12 jam. Tepung sari berkecambah dalam waktu yang singkat dan mencapai bakal buah dalam waktu sekitar 12-30 jam setelah persarian (Stewart dalam Mauney, 1984). Setelah terjadi persarian, maka buah segera terbentuk. Dari bunga sampai menjadi buah masak sekitar 40-70 hari. Buah yang masak akan retak dan terbuka. Kebanyakan buah terdiri dari 3 ruang dan kadangkadang 4-5 ruang.
Kulit luar biji ada yang berserat dan ada yang tidak. Serat melapisi kulit biji sangat pendek, ada yang tebal dan halus, atau tebal dan kasar, tipis serta halus. Serat melekat erat pada biji, berwama putih atau krem ada pula yang berwama keabu-abuan. Serat disebut "fuzz" (kabu-kabu). Biji kapas tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi di luarnya terdapat lapisan serabut yang disebut serat kapas (kapas). Kulit biji menebal membentuk lapisan serat berderet pada kulit bagian dalam. Pemanjangan serat berlangsung sekitar 13-15 hari. Pada waktu buah masak kulit buah retak dan kapasnya/seratnya menjadi kering dan siap dipungut. Bagian serat terpanjang terdapat pada puncak biji. Berat serat kapas sekitar 1/3 berat kapas berbiji. Panjang serat bervariasi tergantung pada jenis dan varietas kapas. Panjang serat yang dikembangkan di Indonesia sekitar 26-29 mm (Ditjenbun. 1977).
PERSIAPAN LAHAN
            Lahan yang dipilih untuk lokasi penanaman tanaman dengan kondisi rata dan relatif dekat dengan sumber air dan tidak tergenang air, dan mudah diawasi. Lahan dibersihkan, diratakan, dibuat plot-plot dan bumbunan, dan saluran drainase air diatur dengan baik. Kemudian dibuat plot dengan ukuran 3 x 2 meter, dengan tinggi 30 cm. Tanah digemburkan kembali, tujuannya untuk membalik tanah, kemudian diberi pupuk kandang (1 sak/plot) dan kapur dolomit (2 kg/plot), kemudian balik kembali tanah tersebut. Lalu dibuat jarak tanam yaitu 80 x 40 cm atau 80 x 50 cm, lakukan pengairan atau pemberian air, dibuat bumbunan atau perbaikan saluran air.
PENANAMAN
            Penanaman dilakukan menggunakan teknik penugalan dengan kedalaman lubang 1-3 cm. Sebelum dilakukan penanaman diberikan furadan dan fungisida masing-masing 20 gram/plot, diletakkan di sekitar lubang tanaman. Kemudian diberikan pula SP36 (90 gr/plot) dan KCl (60 gr/plot) sebagai pupuk dasar (pemupukan I). Pemupukan ini dilakukan karena KCL dan SP36 merupakan yang sulit larut, maka pupuk ini diberikan lebih awal. benih yang dimasukkan kedalam lubang tanam adalah 2 sampai 3 benih.
PEMELIHARAAN
Penyulaman
Pada hari ketujuh setelah tanam, benih kapas sudah tumbuh. Apabila terdapat benih yang tidak tumbuh, maka dilakukan penyulaman menggunakan benih yang baru. Penyulaman disarankan dilakukan dibawah umur 10-15 hari setelah tanam, hal ini dikarenakan agar mempermudah proses perawatan nantinya.
Penyiangan
Apabila disekitar tanaman kapas tumbuh gulma, maka dilakukan penyiangan. Penyiangan berulang-ulang dilakukan apabila terdapat banyak gulma yang tumbuh. Penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan mencabut atau menggunakan koret.
Pembumbunan
Tujuan dari pembumbunan ini selain dari menutupi akar yang timbul ke permukaan adalah agar tanaman memiliki sistem perakaran yang kuat dan tidak mudah roboh.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada umur tanaman 14 hari, karena umur tersebut ideal untuk melakukan penyeleksian tanaman. Penjarangan dilakukan secara manual dengan cara dicabut menggunakan tangan.
Pengairan
Kebutuhan akan air atau kelembaban untuk kapas ialah sejak awal penanaman sampai menjelang panen. Cara pengairanya dengan cara disiram di daerah tanaman.
Pemupukan
Pemupukan dengan menggunakan urea 100 kg/ha, TSP/SP36 100 kg/ha, KCl 50 kg/ha, dan ZA 50 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan cara penugalan atau ditutup tanah. Waktu aplikasi pupuk adalah pada umur tanaman 1-7 hari setelah tanam (SP36, KCl, ZA), sedangkan untuk urea dilakukan pada umur tanaman 40-42 hari setelah tanam.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit dapat dialakukan dengan cara menanam tanaman secara serempak dan tepat waktu, penggunaan varietas yang toleran terhadap serangan hama, penggunaan benih tanpa kabu-kabu (Kanesia-3 atau Kanesia-7). Selain itu penggunaan jagung sebagai tanaman perangkap H. armigera dapat dilakukan, serta dilakukan tanam tumpang sari dengan tanaman kacang hijau. Hama yang menyerang tanaman kapas ini berupa Earias vittella, belalang, aphis sp dan emphoasca. Hama tersebut diatasi dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida berupa Buldok dengan dosis 2cc/liter, Dupol dengan dosis 6cc/liter, dan menggunakan Decis 4cc/liter. Sedangkan penyakit yang menyerang adalah puru akar yang menyebabkan tanaman menjadi layu sementara dan akhirnya tanaman mati. Earias vittella biasanya menyerang bagian batang, sedangkan aphis sp menyerang bagian daun, yang menyebabkan daun menjadi keriput karena cairan dan mineral didalam daun diserap oleh aphis. Serangan hama dapat meledak dikarenakan faktor alam, dimana lingkungan menjadi sangat lembab. Selain itu jarak tanam yang sempit yakni 40 x 30 cm, juga dapat menyebabkan serangan hama tidak bisa berhenti karena cabang-cabang tanaman kapas saling bedesakan.  
PANEN
Pembuahan terjadi 30 jam setelah penyerbukan. Kemasakan pada buah ditandai engan adanya kulit buah yang retak dan kapasnya / seratnya menjadi kering. Ini adalah pertanda bahwa buah kapas siap untuk dipanen. Bagian serat terpanjang berada pada pucuk biji. Panjang serat bervariasi tergantung jenis dan varietasnya. Panjang serat yang dikembangkan di Indonesia sekitar 26-29 mm. Keterbatasan air pada periode pemanjangan serat, akan mengurangi panjang serat. 1 boll kapas ± 3,5 – 4 gram. Bentuk biji bulat telur, berwarna cokelat kehitaman dan berat biji per 100 biji sekitar 6-17 gram tergantung varietas. Serat melekat erat pada biji berwarna putih yang disebut fuzz (kabu- kabu). Biji kapas tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi diluarnya terdapat lapisan serabut yang disebut serat kapas (kapas). Kulit biji menebal membentuk lapisan serat berderet pada kulit bagian dalam. Cabang-cabang generatif akan menghasilkan kira-kira 50 kuncup bunga dan dalam keadaan normal hanya 35-40% yang menjadi buah.
PASCA PANEN
Pada industri tekstil serat kapas memiliki peranan penting sabagai bahan dasar. Serat kapas akan dipintal menjadi benang yang kemudian akan ditenun menjadi kain. Produk yang dihasilkan dari kapas biasanya disebut dengan bahan katun. Keunggulan dari katun adalah daya tahan (durabilitas) yang dimiliki serta memiliki daya serap yang tinggi sehingga disukai banyak orang. Tekstil yang berbahan dasar katun meiliki sifat menghangatkan dikala dingin dan menyejukkan dikala panas (menyerap keringat). Selain berguna sebagai bahan dasar dalam industri tekstil, kapas juga digunakan sebagai bahan kosmetik dan medis seperti pembuatan perban atau pembalut luka dan sebagai bahan pembuatan popok bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Balittas. 1990a. Uji Delapan Varietas Jagung sebagai Perangkap Penggerek buah Kapas H.armigera Hbn. Laporan bulan Pebruari 1990. Balittas. Malang. 7 hlm
Ditjenbun. 1977. Varietas dan sifat-sifat serta kwalitas kapas di Indonesia. Ditjenbun, Deptan. 1977. 38 hal.
Mauney, lR. 1984. Anatomy and morfology of cultivated cottons. ARS-USDA Phoenix. Arizona. "Cotton" Number 24 in series Agronomy. American Society of Agronomy. Publisher Madison, Wisconsin USA: 59-79.

No comments:

Post a Comment