PENDAHULUAN
Kapas adalah serat halus yang
menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium
atau biasa disebut dengan tanaman kapas, tumbuhan ini berasal dari daerah
tropika dan subtropika. Serat kapas merupakan bahan penting dalam industri
tekstil. Serat dipintal menjadi benang dan kemudian ditenun menjadi kain.
Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun
kainnya). Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10%
dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak,
protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah
polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa
sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap
yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat
menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas dikarenakan dapat
menyerap keringat. Tanaman kapas secara
botanis disebut dengan Gossypium sp dan
memiliki sekitar 39 spesies dan 4 spesies diantaranya yang dibudidayakan yaitu
: Gossypium herbacium L, Gossypium arberium L, Gossypium hersutum L dan Gossypium barbadense.
Morfologi
tanaman kapas
Tanaman kapas umumnya dikembangbiakkan dari biji. Pada waktu berkecambah calon akar tunggang
tumbuh lebih dahulu masuk ke dalam tanah, diikuti oleh keping biji. Kapas
mempunyai akar tunggang yang panjang dan dalam, tergantung pada umur, besarnya
tanaman. aerasi, dan stuktur tanah. Akar tunggang sering lebih panjang daripada
tanamannya sendiri. Tanaman kapas dalam
keadaan normal tumbuh tegak. Batang berwama hijau tua, merah atau hijau
bernoktah merah. Batang umumnya berbulu dan ada pula yang tidak, serta ada yang
ujungnya berbulu, pangkalnya tidak berbulu. Dari setiap ruas, tumbuh daun dan
cabang pada ketiaknya. Panjang dan jumlah cabang berbeda-beda menurut jenis
cabang dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Cabang vegetatif tumbuh pada batang
pokok dekat leher akar dan biasanya tumbuh ke atas. Cabang-cabang vegetatif
baru dapat berbunga dan berbuah setelah tumbuh cabang generatif. Banyaknya
cabang vegetative bervariasi. biasanya sekitar 3-4 cabang. Cabang generatif
tumbuh pada batang pokok atau pada cabang vegetatif. Cabang generatif letaknya
mendatar dan langsung membentuk bunga. Semua bunga dan buah tumbuh pada cabang
generatif. Cabangcabang buah yang pertama biasanya dihasilkan pada ketiak daun
ke-6 sampai ke-8 ke atas pada batang pokok. Jumlah cabang generatif antara 8-20
cabang (Balittas, 1993).
Tanaman kapas mulai berbunga sekitar 30-45 hari dan mulai
mekar sekitar 45-60 hari tergantung jenis dan varietas kapas. Bunga pertama
mulai tumbuh pada batang di atas cabang vegetatif, berbentuk spiral dengan
filotaksi 3/8 (Mauney,1984). Tiap cabang generatif dapat tumbuh 6- 8 bunga.
Kuncup bunga berbentuk piramid kecil ada pula yang melintir (frego) dan berwama
hijau. Bunga mulai mekar pada pagi hari
(jam 6-7) dan layu pada siang harinya dan kemudian kepala putik membuka
(reseptit). Bagian tangkai yang menganduug tepung sari juga segera membuka dan menghamburkan
tepung sarinya. Tepung sari dapat melekat pada kepala putik dan mampu bertahan
sampai 12 jam. Tepung sari berkecambah dalam waktu yang singkat dan mencapai
bakal buah dalam waktu sekitar 12-30 jam setelah persarian (Stewart dalam
Mauney, 1984). Setelah terjadi persarian, maka buah segera terbentuk. Dari
bunga sampai menjadi buah masak sekitar 40-70 hari. Buah yang masak akan retak
dan terbuka. Kebanyakan buah terdiri dari 3 ruang dan kadangkadang 4-5 ruang.
Kulit luar biji ada yang berserat dan ada yang tidak.
Serat melapisi kulit biji sangat pendek, ada yang tebal dan halus, atau tebal
dan kasar, tipis serta halus. Serat melekat erat pada biji, berwama putih atau
krem ada pula yang berwama keabu-abuan. Serat disebut "fuzz"
(kabu-kabu). Biji kapas tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi di luarnya
terdapat lapisan serabut yang disebut serat kapas (kapas). Kulit biji menebal
membentuk lapisan serat berderet pada kulit bagian dalam. Pemanjangan serat
berlangsung sekitar 13-15 hari. Pada waktu buah masak kulit buah retak dan
kapasnya/seratnya menjadi kering dan siap dipungut. Bagian serat terpanjang
terdapat pada puncak biji. Berat serat kapas sekitar 1/3 berat kapas berbiji.
Panjang serat bervariasi tergantung pada jenis dan varietas kapas. Panjang
serat yang dikembangkan di Indonesia sekitar 26-29 mm (Ditjenbun. 1977).
PERSIAPAN
LAHAN
Lahan yang dipilih untuk lokasi
penanaman tanaman dengan kondisi rata dan relatif dekat dengan sumber air dan
tidak tergenang air, dan mudah diawasi. Lahan dibersihkan, diratakan, dibuat
plot-plot dan bumbunan, dan saluran drainase air diatur dengan baik. Kemudian
dibuat plot dengan ukuran 3 x 2 meter, dengan tinggi 30 cm. Tanah digemburkan
kembali, tujuannya untuk membalik tanah, kemudian diberi pupuk kandang (1 sak/plot)
dan kapur dolomit (2 kg/plot), kemudian balik kembali tanah tersebut. Lalu
dibuat jarak tanam yaitu 80 x 40 cm atau 80 x 50 cm, lakukan pengairan atau
pemberian air, dibuat bumbunan atau perbaikan saluran air.
PENANAMAN
Penanaman dilakukan menggunakan
teknik penugalan dengan kedalaman lubang 1-3 cm. Sebelum
dilakukan penanaman diberikan furadan dan fungisida masing-masing 20 gram/plot,
diletakkan di sekitar lubang tanaman. Kemudian diberikan pula SP36 (90 gr/plot)
dan KCl (60 gr/plot) sebagai pupuk dasar (pemupukan I). Pemupukan ini dilakukan
karena KCL dan SP36 merupakan yang sulit larut, maka pupuk ini diberikan lebih
awal. benih yang dimasukkan kedalam lubang tanam adalah 2 sampai 3 benih.
PEMELIHARAAN
Penyulaman
Pada
hari ketujuh setelah tanam, benih kapas sudah tumbuh. Apabila terdapat benih
yang tidak tumbuh, maka dilakukan penyulaman menggunakan benih yang baru.
Penyulaman disarankan dilakukan dibawah umur 10-15 hari setelah tanam, hal ini
dikarenakan agar mempermudah proses perawatan nantinya.
Penyiangan
Apabila
disekitar tanaman kapas tumbuh gulma, maka dilakukan penyiangan. Penyiangan
berulang-ulang dilakukan apabila terdapat banyak gulma yang tumbuh. Penyiangan
dapat dilakukan secara manual dengan mencabut atau menggunakan koret.
Pembumbunan
Tujuan
dari pembumbunan ini selain dari menutupi akar yang timbul ke permukaan adalah
agar tanaman memiliki sistem perakaran yang kuat dan tidak mudah roboh.
Penjarangan
Penjarangan
dilakukan pada umur tanaman 14 hari, karena umur tersebut ideal untuk melakukan
penyeleksian tanaman. Penjarangan dilakukan secara manual dengan cara dicabut
menggunakan tangan.
Pengairan
Kebutuhan
akan air atau kelembaban untuk kapas ialah sejak awal penanaman sampai
menjelang panen. Cara pengairanya dengan cara disiram di daerah tanaman.
Pemupukan
Pemupukan
dengan menggunakan urea 100 kg/ha, TSP/SP36 100 kg/ha, KCl 50 kg/ha, dan ZA 50
kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan cara penugalan atau ditutup tanah. Waktu
aplikasi pupuk adalah pada umur tanaman 1-7 hari setelah tanam (SP36, KCl, ZA),
sedangkan untuk urea dilakukan pada umur tanaman 40-42 hari setelah tanam.
PENGENDALIAN
HAMA DAN PENYAKIT
Pencegahan
terhadap serangan hama dan penyakit dapat dialakukan dengan cara menanam
tanaman secara serempak dan tepat waktu, penggunaan varietas yang toleran
terhadap serangan hama, penggunaan benih tanpa kabu-kabu (Kanesia-3 atau
Kanesia-7). Selain itu penggunaan jagung sebagai tanaman perangkap H. armigera dapat dilakukan, serta
dilakukan tanam tumpang sari dengan tanaman kacang hijau. Hama yang menyerang
tanaman kapas ini berupa Earias vittella,
belalang, aphis sp dan emphoasca. Hama tersebut diatasi dengan
melakukan penyemprotan menggunakan insektisida berupa Buldok dengan dosis
2cc/liter, Dupol dengan dosis 6cc/liter, dan menggunakan Decis 4cc/liter.
Sedangkan penyakit yang menyerang adalah puru akar yang menyebabkan tanaman
menjadi layu sementara dan akhirnya tanaman mati. Earias vittella biasanya menyerang bagian batang, sedangkan aphis sp menyerang bagian daun, yang
menyebabkan daun menjadi keriput karena cairan dan mineral didalam daun diserap
oleh aphis. Serangan hama dapat meledak
dikarenakan faktor alam, dimana lingkungan menjadi sangat lembab. Selain itu
jarak tanam yang sempit yakni 40 x 30 cm, juga dapat menyebabkan serangan hama
tidak bisa berhenti karena cabang-cabang tanaman kapas saling bedesakan.
PANEN
Pembuahan
terjadi 30 jam setelah penyerbukan. Kemasakan pada buah ditandai engan adanya kulit
buah yang retak dan kapasnya / seratnya menjadi kering. Ini adalah pertanda
bahwa buah kapas siap untuk dipanen. Bagian serat terpanjang berada pada pucuk
biji. Panjang serat bervariasi tergantung jenis dan varietasnya. Panjang serat
yang dikembangkan di Indonesia sekitar 26-29 mm. Keterbatasan air pada periode
pemanjangan serat, akan mengurangi panjang serat. 1 boll kapas ± 3,5 – 4 gram.
Bentuk biji bulat telur, berwarna cokelat kehitaman dan berat biji per 100 biji
sekitar 6-17 gram tergantung varietas. Serat melekat erat pada biji berwarna
putih yang disebut fuzz (kabu- kabu). Biji kapas
tidak hanya dilapisi kabu-kabu, tetapi diluarnya terdapat lapisan serabut yang
disebut serat kapas (kapas). Kulit biji menebal membentuk lapisan serat
berderet pada kulit bagian dalam. Cabang-cabang generatif akan menghasilkan
kira-kira 50 kuncup bunga dan dalam keadaan normal hanya 35-40% yang menjadi
buah.
PASCA
PANEN
Pada industri tekstil serat kapas
memiliki peranan penting sabagai bahan dasar. Serat kapas akan dipintal menjadi
benang yang kemudian akan ditenun menjadi kain. Produk yang dihasilkan dari
kapas biasanya disebut dengan bahan katun. Keunggulan dari katun adalah daya
tahan (durabilitas) yang dimiliki serta memiliki daya serap yang tinggi
sehingga disukai banyak orang. Tekstil yang berbahan dasar katun meiliki sifat
menghangatkan dikala dingin dan menyejukkan dikala panas (menyerap keringat).
Selain berguna sebagai bahan dasar dalam industri tekstil, kapas juga digunakan
sebagai bahan kosmetik dan medis seperti pembuatan perban atau pembalut luka
dan sebagai bahan pembuatan popok bayi.
DAFTAR
PUSTAKA
Balittas. 1990a. Uji
Delapan Varietas Jagung sebagai Perangkap Penggerek buah Kapas H.armigera Hbn.
Laporan bulan Pebruari 1990. Balittas. Malang. 7 hlm
Ditjenbun. 1977. Varietas
dan sifat-sifat serta kwalitas kapas di Indonesia. Ditjenbun, Deptan. 1977.
38 hal.
Mauney, lR. 1984. Anatomy and morfology of cultivated
cottons. ARS-USDA Phoenix. Arizona. "Cotton" Number 24 in series Agronomy. American Society of Agronomy.
Publisher Madison, Wisconsin USA: 59-79.
No comments:
Post a Comment